11 Nov 2008

MENGENANG ARTI HARI PAHLAWAN 10 NOVEMBER

10 November merupakan salah satu dari hari bersejarah
yang sangat penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sejak lebih dari
setengah abad yang lalu, tanggal 10 November telah dinyatakan bangsa kita
sebagai Hari Pahlawan. Di zaman Soekarno-Hatta, hari itu diperingati secara
nasional sebagai Hari Besar yang dirayakan secara khidmat dan dengan rasa
kebanggaan yang besar.
10 November merupakan salah satu dari hari bersejarah
yang sangat penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sejak lebih dari
setengah abad yang lalu, tanggal 10 November telah dinyatakan bangsa kita
sebagai Hari Pahlawan. Di zaman Soekarno-Hatta, hari itu diperingati secara
nasional sebagai Hari Besar yang dirayakan secara khidmat dan dengan rasa
kebanggaan yang besar.

Peringatan Hari Pahlawan merupakan kesempatan bagi
seluruh bangsa, bukan saja mengenang jasa dan pengorbanan para pejuang yang tak
terhitung jumlahnya demi memperjuangkan tegaknya Republik Indonesia yang
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Peringatan Hari Pahlawan juga merupakan
kesempatan baik untuk selalu memupuk rasa kesadaran bangsa.

Ketika negara dan bangsa kita memasuki periode baru yang
sarat masalah dan krisis, ada baiknya kita mengenang dan merenungi kembali arti
Hari Pahlawan. Dengan begitu, kita akan ingat kembali Republik Indonesia yang
sekarang berdiri adalah hasil perjuangan dari pendahulu kita yang terdiri dari
berbagai suku, agama, keturunan ras dan berbagai macam pandangan politik.

Perjalanan Jauh Bangsa Indonesia
Dalam mengenang arti Hari Pahlawan, sudah sepantasnya
kita memandang peristiwa itu sebagai tahap yang penting dalam long march
(perjalanan jauh) bangsa. Alangkah jauhnya long march yang harus ditempuh
bangsa kita untuk melahirkan dan memperjuangkan negara Republik Indonesia.

Long march ini telah secara nyata dimulai, antara lain
dengan lahirnya Budi Utomo (Surabaya, 20 Mei 1908, kini dirayakan sebagai Hari Kebangkitan
Nasional), Syarikat Islam (Surabaya, 1912),
Indische Partij (Bandung, 1912), Muhammadiyah
(Yogya 1912), PKI (Semarang, 1920), Perhimpunan Indonesia (di
negeri Belanda, 1922), pemberontakan PKI (Jawa Tengah dan Sumatera Barat, 1926)
dan PNI (1927).

Dalam barisan panjang bangsa ini, patut kita catat juga
ikut sertanya berbagai gerakan seperti Jong Java (1918) yang disemarakkan Jong
Sumatra, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda Indonesia (Bandung, 1927), yang
kemudian mencapai puncaknya dengan lahirnya Sumpah Pemuda (1928).

Latar Belakang
Sejarah

Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di pulau Jawa
dan pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada 8
Maret. Sejak itu, Indonesia diduduki Jepang, namun berkat bom atom di Hiroshima
dan Nagasaki pada Agustus 1945 oleh Amerika Serikat, maka 15 Agustus 1945
Jepang menyerah kalah tanpa syarat kepada Sekutu.

Selama pendudukan
Jepang, di tengah-tengah penderitaan rakyat yang disebabkan tentara Jepang dan
perang, lahir semangat anti-Barat atau anti-kolonialisme di samping perasaan
anti-Jepang. Dalam rangka persiapan untuk menghadapi segala kemungkinan
menghadapi Sekutu, pemerintah Jepang telah menggunakan berbagai cara dan akal
untuk merangkul rakyat Indonesia
untuk menghadapi Sekutu.

Peta (Pembela
Tanah Air) telah dibentuk dan Jepang juga menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Pemimpin-pemimpin bangsa telah menggunakan berbagai kesempatan waktu untuk
menyusun kekuatan demi cita-cita kemerdekaan bangsa.
Berkat kekalahan Jepang dari Sekutu, maka kemerdekaan
bangsa Indonesia
telah diproklamasikan 17 Agustus ketika pasukan Jepang masih belum dilucuti.
Sejak itulah, terjadi berbagai gerakan rakyat untuk melucuti senjata pasukan
Jepang, sehingga terjadi pertempuran-pertempuran yang memakan korban.

Ketika gerakan melucuti pasukan Jepang sedang berkobar,
pada 15 September 1945 tentara Inggris mendarat di Jakarta
dan 25 Oktober di Surabaya.
Tentara Inggris didatangkan ke Indonesia
atas keputusan dan atas nama Sekutu, dengan tugas melucuti tentara Jepang
membebaskan para tawanan yang ditahan Jepang dan memulangkan tentara Jepang ke
negerinya.

Di Surabaya, dikibarkannya bendera Belanda
Merah-Putih-Biru di Hotel Yamato telah melahirkan Insiden Tunjungan yang
menyulut berkobarnya bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan
beraneka-ragam badan perjuangan rakyat. Singkatnya, bentrokan dengan tentara
Inggris di Surabaya
makin memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara
Inggris untuk Jawa Timur.

Karena terbunuhnya Mallaby, maka penggantinya (Mayjenl
Mansergh) mengeluarkan ultimatum yang merupakan penghinaan bagi para pejuang
dan rakyat dengan menyebutkan semua pimpinan dan orang Indonesia yang
bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan
dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah
jam 6 pagi 10 November 1945.

Serangan 10 November
Ultimatum tersebut ditolak sebab Republik Indonesia waktu
itu sudah berdiri (walaupun baru saja diproklamasikan) dan Tentara Keamanan
Rakyat sebagai alat negara juga telah dibentuk. Di samping itu, banyak sekali
organisasi-organisasi perjuangan telah dilahirkan beraneka-ragam golongan dalam
masyarakat, termasuk pemuda, mahasiswa dan pelajar. Badan-badan perjuangan itu
telah muncul sebagai manifestasi tekad bersama untuk membela republik yang
masih muda untuk melucuti pasukan Jepang dan menentang masuknya kembali
Belanda.

Pada 10 November pagi, tentara Inggris melancarkan invasi
besar-besaran dengan mengerahkan sekitar 30 000 serdadu, 50 pesawat terbang dan
sejumlah besar kapal perang. Berbagai bagian kota
Surabaya
dihujani bom, ditembaki secara membabi-buta dengan meriam dari laut dan darat.
Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan lebih banyak luka-luka.
Tetapi, perlawanan pejuang juga berkobar di seluruh kota dengan bantuan aktif dari penduduk.
Pihak Inggris menduga bahwa perlawanan rakyat Indonesia
di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari dengan mengerahkan persenjataan
modern, termasuk pesawat terbang, kapal perang, tank dan kendaraan lapis baja.
Rupanya, Tentara Keamanan Rakyat (kemudian menjadi TNI) dianggap enteng,
apalagi laskar-laskar yang banyak dibentuk rakyat. Tetapi, di luar dugaan
Inggris ternyata perlawanan itu bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke
hari, minggu ke minggu hingga akhirnya memakan waktu sampai sebulan.

Tidak ada komentar:

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. ( QS. Al-A’rof : 96 )

Official Site Blog Mr. Andik Subiyanto

Salam kenal dari saya, Andik Subiyanto
Jombang - Jawa Timur - Indonesia
Yuk kita berbagi Ilmu, pengetahuan, wawasan dan jalin tali silaturohim.
Semoga anda menjadi insan yang berkualitas dan bermanfaat.
Perubahan itu harus ke arah yang lebih baik
1
. Mulailah dari diri sendiri
2. Mulailah dari hal-hal yang kecil
3. Mulailah saat ini juga



Foto Bareng Menkominfo

Foto Bareng Menkominfo